jump to navigation

hanjuang putih pakaian raja diraja 9 November 2018

Posted by nurkalakalidasa in Uncategorized.
Tags: , , , , , ,
trackback

hanjuang putih, barang siapa memilikinya niscaya akan menjadi raja diraja.

berikut cuplikannya pantun bogor “dadap malang sisi cimandiri”.
——————————-

Hanjuang bodas, ceuk anu baheula nyaraho mah, cenah memang aya.
Gedena sagede indung suku; jeung jangkungna, ngan sajangkung lutung keur nangtung.

Daunna ngan sahiji. Mun kembangan, ngan sahiji. Jeung mun buahan, tara leuwih ti dua bae!

Mantakna disarebut hanjuang bodas, kusabab bodas akar bodas tangkal, bodas daun bodas pucuk, bodas kembang bodas kabuah-buahna!

Ari ayana?
Pindah-pindah teu tangtu dumukna!

Sakapeung jadina teh, sok dina batu gede sagede leuit, nu ayana di ruhurna gunung bundeur. Dina eta batu – kitu geh ceuk cenah deui bae – aya tapak jelema; tapi gedena kira-kira tilu kalieun tapak jelema biasa.

Sakapeung kapanggih jadina, dipangalap babalayan sasaka domas.

Jeung sakapeung deui, sok aya di sisieun batu sibedug; tapi di dinya mah sok ngarupakeun oray galak!

Malah sakapeung mah, ayana teh sok digunung sunda.

Gunana?
Mun akarna, dipake balur: moal awak teurak kupakarang, umur panjang ratusan taun.

Mun tangkalna, dipake iteuk: moal aya jalan nu sasar, kabeh poek jadi caang, nu jarauh jadi deukeut; jeung bisa nyieun bisa leumpang di jero sagara, nembus gunung tanpa di kukuy.

Mun dauna, dipake satiung: moal kapanggih ku dedemit, moal katembong ku bolor kelong, moal aya mata bisa ngadeuleu; tapi bisa neuleu, ka sakabeh anu jagana kajadian.

Mun buahna, diheumheum handapeun letah, saucapna tangtu nyata.
Anu bisa ngabogaan eta hanjuang, baris jadi pamunjungan sakabeh raja. Tapi hanjuang mudu dilayanan, ku haur beureum jeung jambu mede nu sikina aya di jero!
———————————

artinya:
hanjuang putih, kata orang dulu yang tahu, katanya memang ada.
besarnya sepangkal kaki; dan tingginya setinggi lutung sedang berdiri.

daunnya hanya satu, kembangnya hanya satu, dan kalau berbuah tidak pernah lebih dari dua!

sebabnya disebut hanjuang putih karena putih akarnya dan putih batangnya putih daunnya, putih pucuknya, putih kebuah-buahnya!

kalau adanya?
pindah-pindah tidak tentu keberadaannya!

sekali waktu tumbuhnya di batu sebesar leuit (penyimpanan beras rakyat pajajaran – bisa kita lihat di baduy) yang adanya di puncak gunung bunder. di batu itu, katanya lagi ada tapak orang; tapi besarnya kira-kira tiga kali tapak orang biasa.

sekali waktu ketemunya, di pangalap babalayan salaka domas.

dan sekali waktu lagi, suka ada di pinggir batu sibedug. tetapi disana suka menyerupakan ular galak!

malah sekali waktu, adanya di gunung sunda.

gunanya?
kalau akarnya dipakai untuk oles; badan tidak mempan senjata tajam; umur panjang ratusan tahun.

kalau batangnya dipakai tongkat, tidak akan ada jalan yang tersesat,
semua gelap akan menjadi terang, yang jauh jadi dekat; dan membuat bisa berjalan didasar lautan, nembus gunung tanpa di (kukuy?)

kalau daunnya dipakai untuk kerudung, tidak akan ketemu oleh demit, tidak akan terlihat oleh mata kelong yang besar, tidak akan ada mata yang bisa melihat, tetapi bisa melihat, ke semua yang akan terjadi.

kalau buahnya dikulum dibawah lidah, ucapnya tentu jadi.
yang memiliki hanjuang itu, akan menjadi yang dipuja seluruh raja (jadi raja diraja atau maharaja).
tapi hanjuang harus dipasangkan dengan bambu merah dan jambu mede yang bijinya ada di dalam.
======================

sekarang mari kita coba mencari makna apa yang tersirat dari kalimat di atas.

1. sebabnya disebut hanjuang putih karena putih akarnya dan putih batangnya putih daunnya, putih pucuknya, putih kebuah-buahnya!
makna:
baik di niat, baik di ucap, baik di laku lampah yang akan mendapatkan kebaikan.
seperti apa baik laku lampah?
yaitu kepantasan dalam menempatkan sikap (menerapkan sikap).
contoh sederhananya:
kita menaruh kasur di kamar tidur bukan di kamar mandi walaupun sama kamar tetapi beda dalam spesifikasinya.
kepantasan itu yang menjadikan kita beradab, lawannya beradab ialah biadab yang menyebabkan hancurnya peradaban.
contoh:
– kepantasan menempatkan sikap terhadap orang tua juga disebut adab (tatacara) terhadap tua, jikalau tidak diterapkan maka tidak beradab alias biadab.
– kepantasan menempatkan sikap terhadap sesama atau adab terhadap sesama. jikalau tidak diterapkan maka tidak beradab atau biadab. lebih sederhana adab ini ada 2, adab terhadap pencipta dan adab terhadap sesama makhluk. banyak pecahnya dari adab terhadap sesama makhluk (ada alam, hewan, manusia) alam bisa terhadap lautan, bumi, dlsb. manusia bisa terhadap orang tua, adik-kakak, bertetangga, bernegara dlsb.

nah kepantasan dalam menempatkan sikap ini telah dikemas dalam sebutan “sopan-santun atau tatacara sopan santun”
contoh: mulang tarima, kunjungan balasan.

2. gunanya? kalau akarnya dipakai untuk oles; badan tidak mempan senjata tajam; umur panjang ratusan tahun.
makna:
jika kita memiliki niat baik, tidak akan memiliki musuh, kebaikan kita akan dikenang sepanjang masa.

3. kalau batangnya dipakai tongkat, tidak akan ada jalan yang tersesat, semua gelap akan menjadi terang, yang jauh jadi dekat; dan membuat bisa berjalan didasar lautan, nembus gunung tanpa di (kukuy?)
makna:
jika kebaikan dijadikan pedoman, kita tidak akan tersesat, memiliki pengetahuan, banyak teman, dan melihat yang tersembunyi (seperti makna siloka, menembus isi hati dlsb). kebaikan ini bisa dilokasikan ke wujud manusia atau berupa kumpulan pedoman hidup menurut kebaikan seperti kitab dlsb.

4. kalau daunnya dipakai untuk kerudung, tidak akan ketemu oleh demit, tidak akan terlihat oleh mata kelong yang besar, tidak akan ada mata yang bisa melihat, tetapi bisa melihat, ke semua yang akan terjadi.
makna:
jika kita berbuat baik, maka akan jauh dari nasib sial. nah kebaikan disini lebih dispesifikan lagi kepada kemampuan nyumput buni dinu caang atau bersembunyi ditempat yang terang. dengan kata lain kemampuan menyesuaikan dengan wadahnya seperti air yang membuat tidak ada yg mengetahui siapa kita (gak bisa ditaker). bisa juga kesederhanaan atau penampilan yang tidak menonjol, mencolok.
tetapi bisa melihat kesemua yang akan terjadi atau tahu sebelum terjadi, secara sederhana apabila kita berbuat baik maka akan mendapatkan kebaikan.

5. kalau buahnya dikulum dibawah lidah, ucapnya tentu jadi. yang memiliki hanjuang itu, akan menjadi yang dipuja seluruh raja (jadi raja diraja atau maharaja).
makna:
sederhananya apabila kita telah menerapkan kebaikan, maka ketika kita meminta tolong akan di bantu.
apabila kita mampu memiliki semua ciri2 hanjuang putih tersebut maka kita akan mulia dalam hidup.

nah apabila disatukan kesemua ciri dalam satu sosok, itulah budak angon atau satrio piningit dalam jangka kong jaya.
seperti kalimat ucap jadi, tau sebelum terjadi, dalam ilmunya, mengetahui yang tersembunyi (isi hati) sesuai dengan jangka kong jaya berikut ini:

167. waskita pindha dewa bisa nyumurupi lahire mbahira, buyutira, canggahira pindha lahir bareng sadinaora bisa diapusi marga bisa maca atiwasis, wegig, waskita, ngerti sakdurunge winarah bisa pirsa mbah-mbahira angawuningani jantraning zaman Jawa ngerti garise siji-sijining umat Tan kewran sasuruping zaman
– 

“pandai meramal seperti dewa dapat mengetahui lahirnya kakek, buyut dan canggah anda seolah-olah lahir diwaktu yang sama tidak bisa ditipu karena dapat membaca isi hati bijak, cermat dan sakti mengerti sebelum sesuatu terjadi mengetahui leluhur anda memahami putaran roda zaman Jawa mengerti garis hidup setiap umat tidak khawatir tertelan zaman”

silahkan mencoba memaknai yg belum saya maknai dari kalimat hanjuang bodas diatas. hitung2 asah pola pikir 🤓

jadi jangan takut hanjuang putih dicolong sama orang yah 😂

sedikit tambahan pemirsa,
bahwasanya apabila pemahaman hanya sampai yang tersurat saja, maka akan merasa was-was untuk menyebarkan pantun bogor ini. apabila seorang tukang mantun, maka akan merasa was-was untuk memantunkannya. mungkin juga akan mengurangi sebagian kalimat seperti dimana keberadaannya dlsb, tentunya itu semua dengan niat baik agar hanjuang bodas tidak jatuh ke tangan yang salah. kita sebut saja itu adalah kepolosan dalam menyikapinya. atau mungkin juga jika berambisi akan mencari hanjuang bodas pada lokasi yang diceritakan tersebut dengan maksud jadi raja diraja 😅

berbeda dengan orang yang memahami makna yang tersiratnya. tentu dengan tanpa beban akan menyebarkan pantun bogor ini. dan tidak mungkin mencari hanjuang putih di lokasi yang disebutkan, karena pastinya mengetahui makna dari silokanya tersebut.

nah jelas sudah perbedaan sikap yang diambil antara orang yang memahami sebatas tersurat dengan orang yang memahami sampai ke makna yang tersirat. pasingsal atau berlawanan atau bahasa gaulnya tojaiyah.

apabila bertubrukan..?
seperti kata mas parjo
“sing waras ngalah” 😂

karena yang harus dipetik atau kita ambil adalah isi dari tutungkusan karuhun ini, bukan semata-mata bungkusnya saja.

sampai jumpa pada tulisan berikutnya 👋🏽😎

Comments»

1. mujahidinanonymous17 - 18 November 2023

Kok gak dibahas tentang siloka “keberadaan hanjuang putih” nya sih kang? Padahal klo dibahas, bisa jadi itu ialah tempat muncul nya si sp/ra loh..

Like

nurkalakalidasa - 18 November 2023

Masih siloka, sengaja gak dibahas dulu. Buat yang lain ajah kalau mau coba memahami bahasa siloka.

Like


Leave a comment