jump to navigation

Agama balik ke asal 13 September 2023

Posted by nurkalakalidasa in Uncategorized.
Tags: , ,
trackback

Pemirsa…!!!

Ngopi lah anda sebelum anda di ngopi-in☕

diceritakan dalam pantun bogor raja pandita baratmaya di rancahmaya tentang agama yang bukan pada balik ke asalnya😱

berikut kalimatnya

👇🏼😎

Sabab saennyana,

agama pajajaran teh saruwa dasarna,

Hanteu pabentar jeung agama anu mara.

Ngan salat

Tata eujung basana,

Aturan eujeung prakprakan,

Sesebutan jeung pancipta,

Bareda jeung anu anyar,

Ku waktu anu ngagalur,

Dimudukeun ngaganti panggung

Ngalaju lalakon saruwa galur,

Dina dangdanan, pamenta jaman!

Pajajaran mungpang eta pamenta;

Sabab pajajaran kukuh ka waktu.

Tapi waktuna, anu baheula,

anu ditinggalkeun ku jaman sejen,

Nya balukarna……kagusur surutna waktu,

Kabeulit dina lalaweyan jaman…………

Mudu saseleh….ka wayah anyar nu menta jalan…..!

Tapi engke, amun datang wayah

Buta batu beungeut kuda,

Baris tetela, pajajaran teh lain eleh kadeseh,

Tapi ngelehan ka taratasan jaman, anu bakal ngabuktieun

Agama lain baralik deui ka asal!

———————————

terjemahan:

sebab sesungguhnya,

agama pajajaran itu sama dasarnya,

tidak berlawanan dengan agama yg lain.

tapi salat

tata dan bahasanya,

aturan dan pelaksanaannya,

penyebutan dan penciptanya

berbeda dengan yg baru,

oleh waktu yg berjalan,

diharuskan ganti panggung,

menjalankan cerita dengan galur yg sama,

dengan dandanan sesuai permintaan jaman!

pajajaran menolak permintaan itu,

sebab pajajaran (berpegang) teguh ke waktu.

tapi waktunya, yg dahulu,

yg di tinggalkan jaman lain,

yang ujungnya….kegusur surutnya waktu,

kebelit di lalaweyan (anyaman?) jaman……………..

kudu saseleh(mengalah?)… ke waktu yg baru yg minta jalan….!

tapi nanti, jika datang waktu

raksasa batu muka kuda,

semua akhirnya (tahu) ternyata, pajajaran itu bukan kalah terdesak,

tetapi mengalah ke lajunya jaman, yg bakal membuktikan

agama (yang) bukan pada balik lagi keasalnya!

=========================

pembahasan:

seperti pembahasan sebelumnya, bahwa rakyat pajajaran menganut agama sunda atau agama pajajaran.

negara sunda, bangsa sunda, agama sunda, tentulah berbahasa sunda.

seperti ujar² berikut: “basa pangancikan rasa” atau bahasa tempat bersemayamnya rasa.

tentulah bahasa yang digunakan dalam tata cara penyembahan dan aktifitas agama sunda menggunakan bahasa sunda sesuai dengan rasa sunda yang bersemayam di tiap² pribadi sunda atau rakyatnya yang berjatidiri sunda atau juga disebut dengan ki sunda.

mengapa bahasa sunda yang digunakan..?

Tentulah agar 👇🏼😎

“sinembah nyumerep sukma”

——————————————–

pemirsa..!!

apakah yang dimaksud dengan agama yg bukan pada balik ke 👉🏼asalnya..?

Pembahasan:

Secara tersurat:

Mungkin seperti tulisan sebelumnya “sang kala birbung baya” dimana beribadat dan berdoa menggunakan bahasa setempat, ini juga sesuai dengan “dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung”.

Dengan kata lain, leluhur kita leluhur sunda sudah tepat dalam beragama sunda, begitu juga dengan leluhur orang jawa yang menggunakan bahasa jawa dalam beribadat dan berdoa, dlsb.

———————————-

Sedangkan secara tersirat:

Agama akan dikembalikan ke asalnya atau sumbernya.

Apakah sumber agama..?

Menurut saya sesuai dengan tujuan nabi muhammad diutus, yaitu: Menyempurnakan akhlak.

Seperti apakah akhlak (laku lampah) yang sempurna..?

Menurut analisa saya, laku lampah yang sempurna adalah: Manusia yang mampu menempatkan segala sesuatunya pada tempatnya, sehingga 👉pantas.

Contoh:

Menempatkan kasur di kamar tidur, bukan di kamar mandi. Walaupun sama-sama kamar, tetapi beda spesifiknya.

Kepantasan ini telah dikemas oleh leluhur kita urang sunda dengan yang kita kenal sebagai 👉 adab.

Adab ada 2:

1. Adab terhadap sang pencipta (tuhan yme), seperti munjung (menyembah).

2. Adab terhadap sesama makhluk, yaitu adab kepada sesama manusia, adab kepada alam, adab kepada hewan, adab terhadap makhluk goib, dlsb.

Adab terhadap sesama manusia bisa dipecahkan lagi menjadi:

Adab terhadap orang yang lebih tua atau kepantasan menempatkan sikap kepada yang lebih tua. Adab kepada yang lebih muda, dlsb. Ada lagi adab bertetangga atau kepantasan menempatkan sikap dalam bertetangga, juga adab bernegara atau menempatkan sikap dalam bernegara, dlsb.

Adab terhadap alam: Sebagai manusia yang beradab tentulah, kita harus berterima kasih (mulang tarima) kepada laut yang menyediakan ikan untuk kita makan. Leluhur mulang tarima dengan mengadakan larung sesaji ke laut (jadi orang yang beradab adalah orang yang tau berterima kasih/bersyukur). Ingat, bukan menyembah laut loh ya☝️😎. Adalagi adab petani sebelum panen, dlsb.

Adab terhadap makhluk ghoib: Leluhur kita sudah menerapkan ngajenan kepada makhluk ghoib dengan memberikan sajian kepada mereka. Inget bukan menyembah, dalam nyatanya mungkin bisa kita sebut baik terhadap sesama makhluk tersebut, sehingga yang ghoib tersebut baik akan baik juga kepada kita dengan tidak usil atau mengganggu dan lain sebagainya.

sesuai dengan cuplikan serat darmogandul pada foto dibawah ini👇😎

Dengan kata lain nabi muhammad mengajarkan bangsa arab yang saat itu jahil(biadab) agar beradab.

atau menjadikan manusia yang beradab.

ini sesuai dengan pancasila sila ke dua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Karena manusia yang adil pasti beradab.

Jadi menjadi manusia yang beradab adalah sunah nabi. Dan itu tertera dalam sila ke dua pancasila.

jadi kalo ada yang bilang pancasila itu thogut, bisa dipastikan ngawur.

Nilai kepantasan juga merupakan sunatullah, karena yang maha esa mengutus utusan yang berbahasa arab di tanah arab agar mereka beradab. Tidak mengutus utusan yang berbahasa sunda diarab sana.

Sedangkan leluhur kita sudah beradab saat itu. Itu semua diringkas menjadi:

“Silih asah, silih asih, silih asuh”

Ciri peradaban sendiri salah satunya: Bertani, jadi tidak berpindah tempat (nomaden).

Jadi timbul pertanyaan:

Apakah kita sebagai urang sunda, menerapkan sunatullah tersebut apabila kita beribadat dan berdoa tidak menggunakan bahasa sunda..?

Karena saya memiliki keyakinan, sudah ada utusan itu, dan leluhur kita tetap melaksanakan “ajarannya”.

Seperti kalimat diatas:

sebab sesungguhnya,

agama pajajaran itu sama dasarnya,

tidak berlawanan dengan agama yg lain.

tapi salat

tata dan bahasanya,

aturan dan pelaksanaannya,

penyebutan dan penciptanya

berbeda dengan yg baru,

oleh waktu yg berjalan,

diharuskan ganti panggung,

menjalankan cerita dengan galur yg sama,

dengan dandanan sesuai permintaan jaman!

pajajaran menolak permintaan itu,

sebab pajajaran (berpegang) teguh ke waktu.

tapi waktunya, yg dahulu,

yg di tinggalkan jaman lain,

yang ujungnya….kegusur surutnya waktu,

kebelit di lalaweyan (anyaman?) jaman……………..

kudu saseleh(mengalah?)… ke waktu yg baru yg minta jalan….!

tapi nanti, jika datang waktu

raksasa batu muka kuda,

semua akhirnya (tahu) ternyata, pajajaran itu bukan kalah terdesak,

tetapi mengalah ke lajunya jaman, yg bakal membuktikan

agama (yang) bukan pada balik lagi keasalnya !

——————————————

Entahlah….🤔

Dan lawan dari beradab adalah biadab, yang menyebabkan hancurnya peradaban.

Dan saya yakin, tidak ada kitab atau ajaran manapun yang bersumber dari yang maha esa yang bertentangan dengan:

👉 adab.

seru yah bahas pantun bogornya.

sampai jumpa pada tulisan berikutnya

🖐️😎

Comments»

No comments yet — be the first.

Leave a comment